Kepemimpinan: Belajar dari Sapu Lidi

Perlunya memahami bahwa menyelesaikan masalah satu dengan yang lainnya tidak serta merta menggunakan cara yang sama. Karena memotong plastik tipis dengan menggunakan gunting pun butuh tenaga yang lebih besar dari sekedar memotong kertas menggunakan gunting yang sama.

Bekasi, DH – Masih kah ingat pepatah yang bilang bersatu kita teguh bercerai kita runtuh? Aku coba memaknai pepatah itu bahwa suatu hal yang dikerjakan dengan kebersamaan akan lebih cepat selesai juga lebih baik dari pada dikerjakan seorang diri. Entah bagaimana, namun pada saat di sekolah menengah pertama (SMP), aku membayangkan pepatah tersebut dengan bayangan sebuah sapu lidi. Pada waktu itu yang terpikir hanyalah persepsi bahwa sapu lidi tersusun dari puluhan atau ratusan batang lidi yang kemudian diikat menjadi sebuah sapu.

Hingga pada hari ini, aku memahami makna yang lebih dalam dari sekedar kumpulan batang lidi yang diikat menjadi sapu. Bahwa sapu lidi yang digunakan seseorang untuk membersihkan dedaunan kering di halaman rumah, ia sedang mengajarkan nilai dan sikap kepemimpinan kepada orang tersebut.

Lantas, bagaimana bisa?

Anggaplah di suatu pagi yang cerah saat membuka pintu dan jendela rumah, pandangan kita tertuju pada halaman rumah yang dihiasi dedaunan kering yang jatuh dari pohonnya. Lalu muncul keinginan untuk menikmati udara yang segar hari itu dengan aktivitas ringan seperti membersihkan dedaunan tersebut agar nantinya halaman rumah terlihat indah dipandang mata. Kemudian pikiran kita akan menuntut untuk mengambil peralatan seperti pengki dan tentunya sapu lidi.

Kemudian menyapulah kita jengkal demi jengkal halaman rumah yang rumputnya tertutupi dedaunan. Pada saat itu kita memegang sapu lidi. menyapu setumpuk dedaunan menuju suatu titik. Di titik itu nantinya akan menjadi tempat berkumpul semua dedaunan sebelum diserok oleh pengki dan dibuang di tempat sampah. Tangan kita terkadang menggiring si sapu lidi dengan keras untuk menyapu daun yang terselip di antara bebatuan. Namun sering kali tangan kita lembut menyapu dedauan agar pasir di halaman rumah tidak ikut terbang mengganggu udara segar di pagi hari itu.

Nilai dan Sikap Kepemimpinan dari Sebuah Sapu Lidi

Dari kegiatan menyapu halaman rumah menggunakan sapu lidi, setidaknya ada nilai dan sikap kepmimpinan yang sedang kita palajari. Yaitu, mengerti dan paham ke arah mana tujuan yang akan di capai, cakap dalam mengambil keputusan terhadap suatu masalah, dan sikap memimpin yang situasional sesuai dengan masalah yang hendak diselesaikan.

Menentukan tujuan penting bagi setiap orang, tidak terkecuali seorang pemimpin. Tujuan ini merupakan titik tertentu terhadap pencapaian seseorang maupun kelompok/organisasi. Bila seorang pemimpin kehilangan tujuan atau bahkan tidak memiliki tujuan, bagaimana ia menggiring kelompoknya agar tetap menyatu.

Hal ini lah yang ditunjukkan sapu lidi saat kita menggunakannya untuk membersihkan halaman dari dedaunan kering. Satu titik tempat mengumpulkan daun-daun itu kita tentukan sehingga setelah semua daun terkumpul akan lebih mudah untuk dibuang ke tempat sampah menggunakan bantuan pengki. Misal kita tidak memiliki titik ini sebagai tempat mengumpulkan dedaunan tadi, yang terjadi bisa saja halaman rumah tidak tersapu dengan baik. Memusatkan dedaunan pada satu titik ini merupakan langkah yang efisien dan efektif dalam hal menyapu halaman rumah.

Sementara itu, mengambil keputusan merupakan salah satu tugas seorang pemimpin. Pada konteks ini, keputusan yang diambil tentu berdasarkan pilihan-pilihan yang ada. Bayangkan bila kita tidak memilih keputusan untuk membersihkan dedaunan kering di halaman rumah tadi. Selain tidak sedap dipandang mata, bisa saja menjadi sarang binatang pengganggu dan juga tempat berkembangnya penyakit.

Selain itu, pilihan untuk menggunakan sapu lidi dari pada menggunakan sapu ijuk juga merupakan bentuk dari mengambil keputusan. Sapu lidi memiliki fungsi yang lebih tepat untuk menyapu di halaman dari pada sapu yang lain. Pada hal inilah pemimpin diminta memiliki pengetahuan dan pemahaman akan fungsi dan kegunaan suatu barang.

Kemudian sikap memimpin yang situasional ternyata berlaku pada peristiwa membersihkan halaman rumah menggunakan sapu lidi. Hal ini terlihat dari bagaimana cara menggunakan sapu lidi untuk menyapu dedaunan kering itu. Ada waktunya kita menggunakan sapu lidi dengan keras untuk mengeluarkan daun yang terselip di antara batu. Namun sering kali kita menggunakannya dengan lembut agar pasir tidak berterbangan dan mengganggu pernafasan.

Sikap inilah yang barang kali harus kita perhatikan dalam menjalani peran sebagai seorang pemimpin. Perlunya memahami bahwa menyelesaikan masalah satu dengan yang lainnya tidak serta merta menggunakan cara yang sama. Karena memotong plastik tipis dengan menggunakan gunting pun butuh tenaga yang lebih besar dari sekedar memotong kertas menggunakan gunting yang sama. Dalam hal ini lah ketegasan seorang pemimpin sebaiknya sesuai dengan porsi’ tempat dan situasinya.

Dalam rangka menjadi pemimpin, masing-masing dari kita perlu meresapi setiap makna yang terjadi dalam kehidupan. Peristiwa-peristiwa sederhana yang kita alami dari mulai membuka mata sampai tertutup sebenarnya banyak mengajarkan kita tentang kehidupan. Contohnya menyapu halaman rumah dengan menggunakan sapu lidi tadi. Kegiatan ini, bagiku adalah pelajaran untuk menjadi pemimpin yang fokus terhadap tujuan, cakap dalam mengambil keputusan, juga mengajarkan bahwa pemimpin harus peka terhadap permasalahan yang muncul dan menyelesaikannya dengan cara yang tepat. (*)

Sumber gambar: Google.

One thought on “Kepemimpinan: Belajar dari Sapu Lidi

Leave a comment